TUJUH belas tahun gerakan Reformasi, demikianlah usianya genap tahun ini. Gerakan menggulingkan pemerintahan otoriter Suharto, begitulah intinya bila kita mau menyederhanakan penjelasan. Usia yang tidak sedikit, bahkan setara dengan usia pemuda pemudi yang sudah berhak memiliki kartu tanda penduduk. Usia dimana mereka menjadi warga negara penuh, setidaknya secara administratif, lengkap dengan segala konsekwensinya. Tujuh belas tahun usia muda tapi juga tak lagi kanak-kanak, dipersimpangan jalan menuju masa yang baru seharusnya. Hanya saja asosiasi kita dengan gerakan reformasi kini kental dengan sesuatu yang telah jauh tertinggal, sesuatu yang sekadar nostalgia. Kenangan tentang pergolakan sosial dan segala harapannya kini terbentur karang kekecewaan. Kekuasaan yang terbentang belasan tahun ini ternyata menciptakan keterasingan dan perasaan kehilangan yang menyakitkan bagi ‘kaum muda reformasi.’ Kini yang dulu muda telah berangsur menjadi manusia paruh baya. Segelintir dari...
-Muda Beda Mendunia-