"Ideologi Cinta dan Eksistensi Budaya "
Cinta merupakan satu bagian dari sebuah lingkar kebersamaan. Lantas kata-kata dan bunyi itu berasal dari romantisme sejarah, pandangan, analisis, keilmuan sekaligus kegelisahan terhadap cara budaya yang dihasilkan lewat sebuah perjuangan ideologi .
Yang berorientasi merajut kembali nilai-nilai dan makna sebuah negeri yang masyarakatnya mulai kehilangan sebuah kontrol etika dan norma baik itu politik,sosial, ekonomi, kerukunan, kebersamaan, kepercayaan akibat euforia reformasi.
Yang ingin merintis perubahan dalam skala kemampuan pada masyarakat dan melihat ‘keilmuan’ sebagai sebuah instrumen bagi perjuangan budaya. Dengan dasar keyakin bahwa perubahan semacam itu akan terjadi dalam dua cara,
Pertama dengan mengidentifikasi kontradiksi dalam masyarakat, dimana resolusinya akan mengarah pada hal yang positif, yang berlawanan dengan resolusi apatif;
dan Kedua, dengan memberikan interpretasi yang akan membantu masyarakat , memahami suatu dominasi dan jenis perubahan yang seimbang. mendiskripsikan tujuan, sebagai sebuah pukulan balik yang keras pada khalayak untuk tidak menjadi terlalu menerima dengan ilusi praktek-praktek mainstream yang ada sehingga sebagai khalayak “ghetto” sekaligus nonmaistream akan mempertanyakan posisi dan kondisi mereka di era kemudian.
Apa yang dimaksudkan dengan kajian Cinta ? Dua definisi diberikan.
Pertama, ide umum dimana masyarakat atau kelompok berada, ideologinya, atau cara-cara kolektif yang digunakan suatu kelompok tradisi sebagai sebuah konvensi sosial untuk memahami keadaan, rasa, dan pengalaman, mereformulasi, meminiatur formula, mentransformasi dan menggotong-royongi bangunan-bangunan persaudaraan.
Kedua, dimengerti sebagai praktek atau keseluruhan cara hidup suatu sistem budaya kekeluargaan, baik yang dilakukan antar individu secara material dari hari ke hari maupun masyarakat sebagai manusia-manusia pewaris peradaban Dua jenis pengertian ini tidak bisa dipisahkan, karena ideologi suatu kelompok dihasilkan dan direproduksi dalam praktek-praktek ideologi suatu bangsa. Pada kenyataaannya, perhatian umum dari teoritikus budaya modern, dipahami sebagai bentuk ’perjuangan’ untuk mendapatkan kekuatan budaya sebagai bentuk budaya pinggiran (sub-cultures) yang bertentangan dengan ’higienitas’ dunia posmodern.
Miniatur menarik atas ’perjuangan’ ini adalah musik . Apakah musik tersebut merefleksikan nilai-nilai sejati dan kepentingan budaya sebagai kesejatian Nusantara ataukah musik tersebut merupakan tanda ’abstrak’nya sebuah generasi dalam masyarakat posmodern? Tergantung pada generasi interpretatif mana yang ditanya dan menjawabnya. Abstraknya genre dari musik merupakan satu bentuk oposisi dari makna modernitas sekaligus tradisional sebagai eksistensi murni dari filosofi budaya.
Kenapa Musik dan tradisi ini bersifat oposisional, karena ia dapat menentukan kemurnian dari sebuah budaya lain yang dianggap mandiri. Sebuah poros dialektika sederhana yang tidak hanya memacu dialektika-dialektika baru dalam kehidupan sehari-hari, tapi ia juga mampu mentransfer energi di pusat kehidupan tanpa makna sekaligus.
Sedangkan Kajian ’Cinta’ sendiri merupakan sebuah miniatur dari lebarnya sebuah ’kain’ yang bernama Indonesia. Dan begitu sukarnya untuk menjahit dan merajutnya menjadi sebuah desain masa depan yang baik. dimana kepentingan-kepentingan berbenturan satu sama lain tanpa kecerdasan kemanusiaan yang memungkinkan mereka memelihara keutuhan.
Sebagai wahana dan ruang pembelajaran, Cinta adalah media da’wah yang mengedepankan dialektika segitiga cinta (Tuhan, Muhammad dan Manusia) Seperti halnya dalam da’wah, dak’wah terdiri dari 3 tingkatan (proses pembelajaran), yaitu dari ta’rif (mengenal - learning social process), takwin (membentuk - learning organization) sampai tanfizd (melaksanakan - learning nation). yang dapat diartikan belajar syahadat kembali untuk bersyahadat yang jujur dan benar (janji dan komitmen sejati), harus menata dirinya dengan tata kelola yang baik dan penyempurnaan sistem pembelajaran menjadi Majelis Ta’rif.
Komentar
Posting Komentar